Equitas Sebut Rantai Pasok Starbucks Tak Aman

 Equitas Sebut Rantai Pasok Starbucks Tak Aman

Ilustrasi rekaman video tentang kesehatan dan keamanan produk pangan dari peternakand-dok Equitas

JAKARTA, NETIZENINDONESIA.ID – Investigasi terhadap rantai pasok telur jaringan kopi ternama, Starbucks, menunjukkan adanya risiko keamanan pangan bagi masyarakat. Itu setelah rekaman video tentang kesehatan dan keamanan produk pangan dari peternakan pemasok Erlangga Eggs terpublikasi.
Peternakan yang telurnya digunakan di seluruh cabang Starbucks di Indonesia itu terindikasi mengabaikan kualitas produknya. Dalam rekaman video terlihat adanya kotoran yang menutupi kandang dan peralatannya. Bahkan, kotoran itu juga menempel pada badan ayam dan telur. Kotoran itu juga bertumpukdi sebelah ayam dan telur di peternakan tersebut.
Selain itu, dalam video juga terlihat adanya ayam mati yang dibiarkan membusuk di samping ayam-ayam petelur yang masih hidup. Terlihat juga di sana bahwa kandang di peternakan itu sempir, sehingga ayam-ayam yang dipelihara di sana tidak leluasa bergerak. Bahkan, bulu-bulunya terkelupas sehingga menimbulkan luka serta kecacatan.
Di samping itu, pihak pengelola juga membiarkan hewan liar memasuki peternakan dengan bebas. Itu bisa meningkatkan risiko penularan flu burung dan penyakit lainnya.
“Starbucks menempatkan para pelanggannya dan masyarakat luas dalam risiko keamanan pangan yang serius. Selain itu, mereka juga mengabaikan keselamatan dan keamanan hewan dalam rantai pasokannya,” kata Dana Taborosi, perwakilan Equitas, organisasi perlindungan konsumen dan kesejahteraan hewan internasional. Equitas adalah pihak yang merilis investigasi terhadap pemasok Starbucks tersebut.
Di Indonesia, produk-produk dari peternakan tersebut diproduksi khusus untuk Starbucks oleh grup roti Prima Food Solutions. Sejauh ini, Prima Food Solutions masih terus memasok Starbucks dan pelanggan lainnya di Indonesia dengan produk telur dari peternakan yang sedang diinvestigasi tersebut.
“Starbucks telah berkomitmen untuk hanya menyediakan telur dari peternakan bebas kandang di seluruh gerainya yang di Amerika Serikat dan pasar barat lainnya,” terang Taborosi. Sayangnya, komitmen itu tidak berlaku di Indonesia. Padahal, pelanggan Starbucks berhak mendapatkan produk pangan yang berkualitas dan aman.
”Hampir setiap jaringan kafe internasional ternama telah menetapkan tenggat waktu untuk segera beralih ke penggunaan telur bebas kandang di Indonesia dan global,” lanjut Taborosi. Jaringan yang dimaksud di antaranya Dunkin Donuts, Krispy Kreme, Coffee Bean dan Tea Leaf, Tim Hortons, Costa Coffee, Pret A Manger, illy, Au Bon Pain, dan Old Town White Coffee.
Mayoritas dari 25 jaringan restoran terbesar di dunia juga telah berkomitmen yang sama. Mereka hanya akan menggunakan telur dari peternakan bebas kandang, baik di Indonesia maupun skala global. Antara lain Burger King, KFC, Taco Bell, Pizza Hut, dan Papa John.
Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) dan belasan tim peneliti internasional menemukan bahwa telur dari peternakan dengan metode kandang memiliki risiko kontaminasi strain utama salmonella 33 kali lebih besar. Pemakaian telur dari peternakan dengan sistem kandang telah dihapus secara bertahap di seluruh Uni Eropa, Selandia Baru, Inggris, Kanada, dan India.
“Kami mengecam Starbucks yang memberikan pelanggannya telur dari peternakan dengan sistem kandang di Indonesia. Padahal praktik itu sangatlah kejam dan tidak aman. Bahkan, dilarang di tempat asal Starbucks, Washington, Amerika Serikat,” tambah Taborosi.
Dalam keterangan resminya, dia mendesak Starbucks untuk memperlakukan semua pelanggannya secara setara dan mengejar ketertinggalannya. Yakni, dengan berkomitmen untuk mengakhiri penggunaan telur dari peternakan dengan metode kandang di Indonesia dan di tingkat global. (*)

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *